Ambon di Ujung Ledakan: Coastal Development Adalah Bom Waktu

Oleh: Fikri Rumatiga Putra Seram
Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII)

Ketika Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa menggaungkan proyek Coastal Development sebagai mimpi besar untuk menjadikan Ambon sebagai kota pesisir modern, kami sebagai representasi dari kaum muda dan masyarakat sipil justru melihat ini sebagai mimpi yang berpotensi menjadi bencana tata ruang.

Dengan tegas, kami menyatakan: proyek ini tidak relevan, tidak bijak, dan tidak berpihak pada masa depan rakyat Maluku.

Ambon Sudah Terlalu Padat, Jangan Dipaksa Lagi

Ambon saat ini adalah kota dengan lahan sempit dan beban berat. Dari total luas wilayahnya yang hanya 298 km² daratan, sebagian besar berupa daerah perbukitan yang tidak layak huni atau bangun. Tapi apa yang terjadi? Kota ini terus dijejali proyek dan pembangunan, seolah tak ada pilihan lain.

Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Ambon telah mencapai lebih dari 456 ribu jiwa, menjadikan kepadatan rata-rata di atas 1.530 jiwa/km². Ini adalah angka yang sangat tinggi untuk kota kecil seperti Ambon.

Menambah infrastruktur skala besar di kawasan pesisir — satu-satunya ruang alamiah tersisa — justru akan memperparah kerentanan kota ini terhadap banjir, longsor, dan krisis ekologis. Coastal Development bukan solusi, tapi justru memperuncing masalah.

Alihkan Fokus ke Pulau Seram: Solusi Nyata Jangka Panjang

Sudah saatnya pemerintah provinsi melepaskan obsesi simbolik pada Ambon, dan mulai mengalihkan pembangunan ke Pulau Seram, yang memiliki luas daratan 18.625 km² — lebih dari 60 kali lipat dari daratan Ambon.

Seram adalah wilayah dengan potensi besar namun selama ini diabaikan. Jika pembangunan infrastruktur dan pemindahan sebagian pusat aktivitas diarahkan ke Seram, maka:

1. Beban Ambon bisa dikurangi secara signifikan

2. Ketimpangan pembangunan antarwilayah bisa ditekan

3. Kita menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih adil dan merata

Seram seharusnya menjadi kawasan strategis provinsi, bukan Ambon yang sudah sesak dan rawan.

Coastal Development Proyek Elitis, Bukan Aspirasi Rakyat

Kami menolak dengan tegas narasi yang menyebut Coastal Development sebagai solusi banjir dan kemacetan. Justru pembangunan pesisir dalam bentuk reklamasi atau betonisasi akan:

1. Menghancurkan ekosistem laut dan pesisir

2. Mengusir komunitas nelayan lokal dari wilayah tinggal dan mata pencahariannya

3. Meningkatkan risiko banjir rob dan bencana lingkungan

4. Melahirkan gentrifikasi dan krisis sosial

Ini proyek elitis. Bukan untuk rakyat, bukan untuk nelayan, bukan untuk masa depan lingkungan.Tegas Kami Sampaikan Batalkan Proyek Ini

Mendesak:


1. Batalkan proyek Coastal Development di Kota Ambon.

2. Alihkan prioritas pembangunan ke Pulau Seram sebagai pusat baru pertumbuhan.

3. Libatkan rakyat dalam perencanaan pembangunan, bukan hanya elite dan investor.

Membangun Maluku bukan hanya soal estetika dan pencitraan kota. Membangun Maluku berarti menyelamatkan ruang hidup rakyat, memperluas keadilan wilayah, dan merancang masa depan yang tahan bencana.

Jika pemerintah provinsi tetap memaksakan kehendak ini, maka kami pastikan: perlawanan rakyat akan terus membesar.

Fikri Rumatiga Putra Seram
Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia


(Mewakili suara rakyat yang ditinggalkan oleh kebijakan ruang yang eksklusif)

Unggulan

Rekomendasi

Memberikan informasi yang akurat, memberikan wadah aspirasibagi masyarakat serta memberikan inspirasi untuk masyarakat luas.

Featured Posts

Follow Us