Ambon, 25 Oktober 2025 — Dunia penyiaran nasional diguncang kecaman keras dari Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) GP Ansor Kota Ambon, Ramli Lulang, S.H., yang menilai tayangan program “Xpose” di stasiun televisi TRANS7 pada beberapa hari yang lalu, telah menyinggung tradisi pesantren, santri, dan para kiai di Indonesia.
Ramli Lulang mengecam keras isi tayangan tersebut karena dinilai mengandung narasi yang menyudutkan dan merendahkan martabat para santri serta tokoh-tokoh pesantren. Menurutnya, program itu telah melanggar prinsip etika penyiaran dan bahkan berpotensi melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS).
Dalam pernyataannya yang disampaikan kepada awak media, Ramli Lulang menegaskan bahwa para santri dan kiai adalah benteng moral bangsa yang seharusnya dihormati, bukan dijadikan bahan framing negatif oleh media. Ia menilai tayangan tersebut telah menodai marwah pesantren dan melukai perasaan jutaan santri serta keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU).
“Kiai adalah sosok panutan yang menuntun umat kepada moral dan akhlak. Media semestinya menjadi alat edukasi, bukan provokasi yang menodai kehormatan santri,” tegas Ramli dengan nada geram.
Pernyataan tegas itu disampaikan Ramli di Ambon, sehari setelah tayangan “Xpose” disiarkan oleh TRANS7 pada beberapa hari yang lalu. Reaksi keras ini langsung menyebar di berbagai kalangan GP Ansor dan lembaga pesantren di seluruh Indonesia.
Ramli menyebut tayangan tersebut sarat dengan narasi hoaks dan framing yang berpotensi membentuk opini publik negatif terhadap dunia pesantren. Ia menilai hal ini sebagai serangan terhadap nilai luhur dan citra kiai yang selama ini dikenal sebagai penjaga moral bangsa.
“Jika punya integritas, TRANS7 seharusnya menayangkan kisah-kisah perjuangan santri dan kiai yang membangun bangsa, bukan malah mencorengnya,” ujar Ramli.
Ramli mendorong Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk menindaklanjuti dugaan pelanggaran tersebut secara serius dan transparan. Ia juga menyerukan kepada seluruh pengurus LBH GP Ansor di Indonesia untuk memboikot tayangan TRANS7 hingga ada klarifikasi resmi dan permintaan maaf terbuka dari pihak stasiun televisi.
“Kami segenap pengurus LBH GP Ansor se-Nusantara menuntut tindakan tegas. Jangan biarkan media menjadi alat perusak moral bangsa,” tegasnya.
Kecaman Ramli Lulang segera bergema di kalangan aktivis santri dan lembaga pesantren. Banyak pihak menilai langkah boikot terhadap TRANS7 bisa menjadi peringatan keras bagi media agar lebih berhati-hati dalam menayangkan konten yang menyangkut simbol-simbol keagamaan dan tradisi pesantren.



















