Maluku Tengah – Pombo Island atau Pulau Pombo kembali mencuri sorotan. Keindahan laut biru, pasir putih, dan ekosistemnya yang masih alami kini diangkat oleh SOKSI Maluku di bawah kepemimpinan Rohalim Boy Sangadji, sebagai poros baru pembangunan pariwisata berkelanjutan di Maluku.
SOKSI Maluku melalui Ketua Rohalim Boy Sangadji menggagas Pulau Pombo sebagai pusat pariwisata berkelanjutan. Ketua Harian SOKSI Maluku, Subhan Patimahu, memberikan apresiasi terhadap langkah tersebut, sembari menekankan pentingnya pariwisata sebagai motor ekonomi rakyat.
Pulau Pombo ditawarkan bukan sekadar destinasi wisata, melainkan ikon global dengan konsep sustainable tourism. Subhan menilai, pariwisata berbasis masyarakat akan menjadikan kuliner, transportasi lokal, dan homestay sebagai bagian dari rantai ekonomi rakyat yang langsung dirasakan masyarakat Maluku.
Gagasan ini mencuat pada Agustus 2025, seiring momentum meningkatnya wacana menjadikan Maluku sebagai poros wisata bahari Indonesia Timur.
Pulau Pombo terletak di Maluku Tengah, hanya beberapa menit dari bandara dan jalur transportasi utama. Letak strategis ini menjadikannya pintu gerbang ideal untuk wisata bahari Maluku menuju pasar nasional hingga internasional.
Menurut Subhan Patimahu, pariwisata berkelanjutan di Pombo Island dapat membawa Maluku ke level dunia. Selain mendukung ekonomi kerakyatan, wisata ini juga menjadi sarana edukasi konservasi dan menjaga identitas budaya. “Pulau Pombo bisa jadi wajah baru Maluku di mata dunia,” tegas Subhan.
Rohalim Boy Sangadji merancang program awal berupa pelepasan penyu, penanaman pohon, hingga kampanye pelestarian ekosistem. Subhan mengapresiasi pendekatan ini dan menambahkan ide pengembangan :
1. Marine Education Tourism – sekolah alam laut untuk pelajar.
2. Cultural Tourism – festival musik dan tarian Maluku di pulau.
3. Conservation Tourism – tur menanam pohon atau melepas biota laut.
4. Community Tourism – homestay dan kuliner khas berbasis warga lokal.
Dengan strategi ini, Pulau Pombo diharapkan menjadi “the new face of Maluku tourism” yang mampu bersaing di panggung dunia tanpa kehilangan jati dirinya.