Zuhri Wael: Serangan ke Pesantren, Pola Lemahkan Persatuan Indonesia

Jakarta, 22 Oktober 2025 — Peringatan Hari Santri Nasional tahun ini tak hanya menjadi ajang refleksi, tetapi juga momentum perlawanan moral. Tayangan salah satu stasiun televisi nasional, Trans7, yang dinilai melecehkan budaya pesantren dan sosok ulama karismatik KH. Muhammad Anwar Mansur dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, menuai kecaman keras dari kalangan pesantren di seluruh Indonesia.

Di barisan terdepan pembelaan itu, tampil Zuhri Wael, Wakil Komandan Satuan Koordinasi Nasional (Waka Satkornas) Banser. Dengan tegas ia menyebut bahwa tayangan tersebut merupakan bentuk pengkhianatan terhadap nilai keadaban, keislaman, dan kebangsaan yang telah diwariskan para kiai dan santri sejak sebelum kemerdekaan.

“Serangan terhadap pesantren bukan sekadar penghinaan terhadap ulama, tapi juga upaya sistematis untuk meruntuhkan jantung persatuan bangsa,” tegas Zuhri Wael dalam pernyataannya di Jakarta.

Tayangan Trans7 yang menampilkan narasi negatif tentang pesantren dan KH. Anwar Mansur dinilai sebagai provokasi yang mencederai nilai luhur umat Islam dan pesantren. Bagi kalangan NU, tayangan itu tidak hanya bias dan tendensius, tetapi juga merusak citra lembaga yang selama ini menjadi benteng moral bangsa.

Protes keras muncul dari berbagai daerah. Ulama, kiai, santri, dan organisasi Islam, termasuk Nahdlatul Ulama beserta badan otonomnya, turun menyuarakan kekecewaan. GP Ansor dan Banser dari Jawa, Sulawesi, Sumatra, Ambon, Kalimantan, Aceh hingga Papua menyatakan sikap serempak menentang narasi yang dianggap provokatif itu.

Zuhri Wael menegaskan bahwa perlawanan terhadap penghinaan pesantren bukan hanya respons emosional, melainkan bentuk tanggung jawab sejarah untuk menjaga marwah ulama dan bangsa.

“Banser dan Ansor lahir dari rahim pesantren. Jika pesantren diserang, maka kami wajib berdiri. Ini bukan sekadar soal tayangan, tapi soal kehormatan dan harga diri bangsa,” ujarnya.

Insiden ini menjadi refleksi penting bagi dunia pesantren. Zuhri Wael menilai, tantangan terhadap persatuan bangsa kini datang dengan wajah baru bukan lagi penjajahan bersenjata, melainkan provokasi media dan upaya merusak nilai-nilai luhur.

“Perlawanan kita tidak lagi di medan perang, tapi di ranah moral, informasi, dan kesadaran publik. Namun semangat jihad kebangsaan para kiai dan santri tetap menyala,” kata Zuhri.

Zuhri mengajak seluruh elemen bangsa untuk kembali berpegang pada empat pilar kebangsaan: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. Ia mengingatkan bahwa pihak-pihak yang ingin melemahkan Indonesia pasti akan memulai dengan melemahkan PBNU, pesantren, dan para kiai.

“Selama pesantren berdiri tegak, Indonesia tidak akan runtuh,” tegas Zuhri

Selamat Hari Santri Nasional 2025.
Semoga semangat juang santri dan kiai tetap abadi di bawah panji persatuan Indonesia. Tutupnya

Unggulan

Rekomendasi

Memberikan informasi yang akurat, memberikan wadah aspirasibagi masyarakat serta memberikan inspirasi untuk masyarakat luas.

Featured Posts

Follow Us